TOKOH-TOKOH SUFI (1).

”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Pandangan yang berlainan dalam menempuh cara-cara perbaikan akhlak itu melahirkan tokoh-tokoh filsafat yang ternama dalam dunia tasawwuf.
Tokoh-tokoh Sufi itu banyak sekali, sebenarnya tidak dapat dihitung dan ditunjuk, mana ulama-ulama yang menjadi atau dianggap tokoh Sufi itu. Besar atau kecil, masyhur atau kurang dikenal orang sesuatu tokoh Sufi, bergantung sangat kepada banyak atau sedikit pengaruhnya, banyak atau sedikit pengikutnya, luas atau tidak luas tersiar tarekatnya. Kebanyakan yang mengumumkan kemasyhuran tokoh-tokoh Sufi itu ialah murid-muridnya atau mereka yang sefaham dengan dia dalam sesuatu pendirian Sufi.
Ada dua macam tokoh Sufi itu. Ada yang merdeka sebagai seorang ulama yang berdiri sendiri, tidak mempunyai sesuatu tarekat yang tertentu, yang mengikat murid-muridnya serta membawa mereka kepada sesuatu jurusan pendidikan Sufi. Tokoh-tokoh Sufi semacam ini hanya dikenal orang daripada ucapan-ucapannya, (syatah), yang dianggap istimewa dalam melahirkan sesuatu pendirian dalam lapangan ilmu tasawwuf. Biasanya ucapan-ucapan itu dijadikan orang pegangan, dan disisipkan orang di sana-sini dalam kitab-kitab Sufi, seperti Al-Hallaj, Zun Nun, dll.
Lain daripada itu ada tokoh-tokoh Sufi yang terikat dengan sesuatu jalan pengajaran atau tarekat yang tertentu, yang diikuti dan disiarkan oleh murid-muridnya ke sana-sini. Meskipun terekat itu kemudian ada yang berubah sedikit-sedikit, tetapi pokok-pokoknya masih merupakan pokok-pokok yang mula-mula diletakkan oleh ulama-ulama Sufi yang pertama-tama membangun tarekat itu. Tokoh-tokoh Sufi yang macam ini ialah mereka yang mendirikan tarekat-tarekat, misalnya Abdul Qodir dengan tarekat Qadiriyah, Syazili dengan tarekat syaziliyah, dan seterusnya seperti tarekat Rifa'iyah, Ahmadiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Maulawiyah, Kubrawiyah, Khalawatiyah, Naksyabandiyah, Sammaniyah, Syattariyah, Alawiyah, Idrusiyah, Tijaniyah, Sanusiyah dan lain-lain.
Maka oleh karena itu terjadilah istilah Syaikhut Tha'ifah dan Syaikhut Thariqah.
Wali dalam makam dan ahwalnya.
Melihat kepada makam dan ahwalnya, kesucian dan kemurnian hidupnya. Orang-orang Sufi memberikan gelaran yang bermacam-macam kepada tokoh-tokoh Sufi itu.
Pertama yang dianggap berhak disebut quthubul ghaus al-fardul jami' atau quthubul aqthab, yang terdiri hanya dari seorang pada tiap-tiap zaman, dengan pembantunya sebanyak tiga ratus orang, dikenal dengan sepuluh amal, empat yang lahir, yaitu banyak ibadat, sungguh-sungguh zuhud, meninggalkan kehendak atau iradah, dan kuat dalam mujahadah, serta enam yang batin, yaitu taubah, inabah, muhasabah, tafakur, i'tisam, dan banyak riyadah.
Kedua yang diberi gelar nujaba', yang bilangannya ada yang menetapkan empat puluh, dan ada yang menetapkan tujuh puluh. Kerjanya ialah meringankan beban makhluk serta membela keadilan dalam masyarakat manusia. Mereka dikenal kepada delapan macam amalnya, empat yang lahir empat yang batin, yang lahir yaitu suka memberi fatwa, hidup tawadhu' mempunyai adab yang baik, dan banyak ibadat, sedang yang batin ialah bahwa mereka itu sabar, rela, bersyukur kepada Tuhan, haya', bermalu, mempunyai akhlak dan budi pekerti yang halus serta arif bijaksana.
Ketiga ada tokoh-tokoh Sufi yang digelarkan abdal, yang terdiri dari tujuh orang laki-laki, yang mempunyai kedudukan fadhal, kamal, istiqamah, i'tidal, terlepas daripada waham dan khayal, mempunyai amal-amal lahir dan batin, empat yang lahir yaitu samat, berdiam diri, sahar, suka mengurangi tidur ju', suka menahan lapar, 'uzlah, suka bertapa mengasingkan diri dari pergaulan, begitu juga empat yang batin, yaitu tajarrud, suka bersunyi diri, tarid, suka berpisah dari orang banyak, jama', ingin dekat dengan Tuhan, dan tauhid, ingin bersatu dengan Tuhan.
Keempat, tokoh-tokoh Sufi ada yang dinamakan autad, yang dikatakan ada empat orang, berkedudukan pada empat penjuru mata angin dunia ini, yaitu timur, barat, utara dan selatan. Empat amal untuk mengenal mereka itu adalah, yang lahir yaitu banyak puasa, banyak ibadat malam, imtisal, dan banyak istighfar dalam mengurangi tidur, yang batin yaitu tawakkul, siap bertawakal kepada Tuhan, tafwidh, menolak segala yang bersifat kedunian, siqqah, jujur dan sangat boleh dipercayai, dan taslim, menyerah diri seluruhnya kepada Tuhan. Dikatakan bahwa seorang di antara mereka itu menjadi kutub, yang dijaga oleh dua orang, seorang di sebelah kanannya dan seorang di sebelah kirinya, yang disebut namanya dengan amaman. Amaman yang di sebelah kanan dapat melihat ke dalam alam malakut yang bersifat rohani, sedang amaman yang di sebelah kiri hanya melihat ke dalam alam hayawaniyah. Empat amal untuk mengenal mereka, ialah, yang lahir yaitu zuhud, wara', suka amar ma'ruf dan nahi munkar, yang batin yaitu sidiq, benar ikhlas, tulus haya' bermalu dan muraqabah, merasa selalu diawasi Tuhan.
Begitulah ada yang digelar pula 'alim rabbani, waliyullah, arifin, muqarrabin, salihin, muhaqqiqin, dll, sebagaimana yang sudah kita katakan di atas menurut pandangan Sufi terhadap maqam dan ahwal kesufian dan kesalihan serta kemurnian mereka.
Ali Al-Qurasyi menerangkan, bahwa ia pernah melihat empat orang tokoh Sufi yang meskipun sudah wafat terus-menerus beramal dalam quburnya seperti ketika mereka masih hidup, yaitu Syeikh Abdul Qodir, Syeikh Ms'ruf Al-Karakhi, Syeikh Aqil-Munji dan Syeikh Hayat bin Qais Al-Harrani. Menurut Kamsyakhanuwi selain daripada itu termasuk wali-wali yang terbesar sesudah abad ketiga Hijrah, ialah : Syeikh Junaid al-Baghdadi, Abu Yazid Al-Bisthami, Imam Syibli, Syamsuddin Al-Barazi, Daud At-Tha'i, Ibrahim bin Adham, Abul Hars, dan banyak sekali yang lain katanya sampai beribu-ribu banyaknya yang tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah jua, yang pernah berfirman : ”Tidak ada yang mengetahui banyak wali-wali dalam perlindungan_Ku melainkan Aku sendiri jua.
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi.
